Rabu, 17 Agustus 2011

“PANGERAN LABU DAN AKU”


Ini kisah tentang aku. Ana Maria yang benci sekali dengan buah labu karena membuatku alergi! Malah hampir mati bila sampai termakan. Suatu hari, aku dan teman – temanku, Thyara, Natalia dan Lyla pergi makan ke sebuah rumah makan sederhana milik Ibu teman kami untuk makan – makan sekaligus reunian dengan teman - teman kami dari SMP.
“NAH teman – teman! Untuk merayakan acara reunian  kita ini, ayo kita makan!” seru ANDRY yang disambut dengan teriakan antusias teman – teman lainnya. Kami pun makan dengan lahapnya. Setelah selesai makan, Roy, teman akrabku di SMP yang memesankan minuman. Dia pergi ke dapur sebentar lalu kembali dengan membawa beraneka jus untuk kami. Dari warna jus itu, aku langsung bisa menebak kalau itu adalah jus mangga favoritku. Dalam hati aku senang karena ternyata dia masih ingat kalau aku sangat suka dengan jus mangga.
Roy kemudian menyodorkan jus – jus di nampan yang dibawanya kepada kami dan mengajak kami bersulang. “HEHEHEHe… ayo kita minum untuk merayakan hari ini! Bersulang!” serunya. Dan kami semua pun bersulang. “Hahahah… gaya amat sih pake bersulang – bersulang segala!” ujarku dan mereka semua tertawa. Kami lalu menyeruput minuman kami masing – masing. “Hmm… enak banget. Tapi jus mangga ini rasanya kok agak beda yah.” Kataku setelah menyeruput habis jusku.
“Hah? Jus mangga? Salah NA! itu jus labu kale…!” ujar ROY mengejek. “Oh. Jus labu. Emang labu bisa dibikin jus yah?” ujarku. Aku lalu teringat sesuatu. “HAH? JUS LABU??!” teriakku histeris. “GUE ALERGI LABU ROY! LO GIMANA SIH? LO MO BIKIN GUE MATI YAH?” aku murka pada ROY yang tampak kaget. “Ma…maa… maaf NA… gu… gu.. gue lupa…” ucapnya terbata - bata. “Gue cabut dulu. Sebelum alergi gue kumat.” Ujarku singkat dan langsung meninggalkan Roy, Andry dan teman – teman lainnya yang masih mematung akibat apa yang baru saja terjadi. “Gue anter NA!” teriak ANDRY dari belakang namun tidak ku hiraukan.
Aku terus berjalan. Setauku ada klinik di dekat sini. Aku harus cepat sebelum aku pingsan dan sekarat di tengah jalan.
“Itu kliniknya… tapi gue udah nggak kuat. Tubuh gue udah mulai bereaksi sama jus tadi.” Ujarku letih. Aku berusaha tetap sadar dan terus melangkah. Namun tubuhku sudah tidak kuat dan aku pun pingsan di sana.
Aku terbangun di sebuah tempat yang asing. “Haah.. labu!” aku melihat sebuah labu yang besar di hadapanku. Aku lalu berpaling ke samping. “Labu!” lalu tiba – tiba di sekelilingku dipenuhi oleh labu! “LABU! Dimana – mana labu! AARRGGGH!! TIDAAAAAKKKK” teriakku. Aku lalu tersadar dari mimpi buruk itu. “Ahh… Cuma mimpi!” aku mengelus dadaku lega.
“Hai. elo udah sadar rupanya.” Kata seorang cowok tampan yang tidak kukenal. Aku tersenyum malu padanya. “Ah.. iyah.. elo siapa?” tanyaku pada cowok tinggi dan putih yang kini berjalan mendekat ke arahku. “Gue Edwin. Gue kebetulan ngeliat lo pingsan tadi. Jadi gue bawa lo ke klinik ini.” Jawabnya lalu duduk di kursi samping ranjangku. “Oh., jadi lo yang nolongin gue. Thanks banget yah.” Ucapku tulus. Dia tersenyum. “Iya. Santai ajah.” “Gue kuatir banget sama keadaan lo tadi. Kata dokter, lo punya semacam alergi yah.?” Tanyanya.
“Iya. Gue punya alergi sama labu.” Jawabku tersenyum malu.
“Hah? Alergi labu? Hahahah…” dia tertawa keras membuatku keheranan. “Ahh, gue tau alergi labu itu aneh tapi gue rasa nggak seaneh itu kan?” ujarku tersinggung. “Ahh.. maaf. Maaf. Gue Cuma ngerasa lucu ajah. Soalnya, lo alergi banget sama labu dan gue suka banget sama labu! Dan hari ini, gue ketemu sama lo gara – gara labu juga! Hahahah…” dia masih terus tertawa. “oh.. heheheh… iya yah. Lucu juga deh.. lo suka labu?” tanyaku pada Edwin yang masih terus tertawa. “Hahah… iya. Gue suka banget sama labu. Gue banyak ngoleksi pernak – pernik bentuk labu di kamar gue loh.” Ujarnya bangga. “kenapa harus labu? Dan… oh ya, tadi lo bilang kita ketemu gara – gara labu juga. Maksudnya apa?” tanyaku ingin tau. “ooh.. gue suka labu karena gue suka sama dekor Halloween gitu, dan labu salah satu favorit gue karena unik dan gue suka aja sama warna oranyenya itu.” Jelasnya.  “Terus?” tanyaku lagi. “COba ingat deh, lo pingsan kan karena salah makan labu kan? Selain itu, Kita ketemu karena labu yang satu ini.” Dia mengambil handphone dari sakunya dan memperlihatkan sebuah gantungan di handphonenya. Gantungan itu berwarna oranye dan… berbentuk labu! “Ohh… Wow…lo beneran suka labu yah.” Ujarku kagum. “Yah. Begitulah.” Ujarnya singkat.
“Huahhmm…” aku menguap mengantuk. “Hmm. Lo udah ngantuk yah. Kalo gitu, gue pulang yah. Gue udah nghubungin ortu lo kok. Bentar lagi mereka pasti bakalan dating. Bye.” Ujarnya sembari beranjak dari kursi di samping tempat tidurku. “Oh. Thanks banget yah.” Aku tersenyum padanya. “Yep! Gak masalah. Kapan – kapan gue jenguk yah. Heheh.” Ujarnya. “hiiiee… gue gak bakal di rawat disini selamanya juga kali. heheh”  ujarku bercanda. Dia tersenyum, dan menghilang di balik pintu. Setelah itu aku terlelap dalam tidurku. Aku memimpikan labu lagi. Tapi kali ini, mimpi itu menyenangkan. Karena aku tidak sendiri di mimpi itu. Aku bersama seseorang. “Pangeran Labu”…
Tiga hari aku dirawat di rumah sakit. Andry, ROY dan teman – teman lainnya datang menjengukku. ROY terus – menerus meminta maaf padaku walaupun aku bilang kalau aku sudah memaafkannya. Mengingat berkat ulahnya aku bisa bertemu dengan Edwin, si Pangeran Labu. Meskipun dia sudah berjanji akan menjengukku lagi, Edwin tidak kunjung muncul. Dan itu membuatku gelisah dan ingin marah – marah. “Huh. Pangeran Labu kenapa nggak datang sih? Nyesel gue nggak nanya nomor handphone sama alamat rumahnya.” Keluhku saat ROY dan ANDRY datang menjengukku. “Yaelah ANA..! Santai aja! Lagian apa bagusnya sih si Kepala LAbu ituh?” ejek ANDRY. “EH ANDRY, lo diem aja deh! Gue timpuk juga lo sama nih tiang infuse!” bentakku pada ANDRY yang sedang mengupaskan apel untukku. “Ampun boss! Gue kan Cuma becanda NA! lo serius amat deh.” Ujarnya cengar – cengir di sebelah ROY.
Hari ini adalah hari pertamaku kembali bersekolah setelah insiden jus labu tempo hari.
“Hey Dwy!” sapaku pada Dwy teman sebangkuku yang lama kutinggal karena sakit. “Hey NA! Lo udah sembuh? Gue udah denger ceritanya. Keterlaluan banget sih tuh si ROY!” ujarnya. “Hahaha… udahlah Dwy. Dia gak sengaja juga kok.” Aku tersenyum padanya. “Oh yah. Selama gue  sakit, ada perkembangan apa nih di sekolah?” aku menyenggol lengannya. “hmmp, apa yah? Kayaknya gak ada apa – apa deh.” Ujarnya. “masa sih? Coba lo ingat – ingat lagi deh Dwy!” kataku memerintah. “OH iya! Si Vatma jadian sama k’Kevin!” serunya. “HAH? Mereka jadian? Wuihh.. beruntung banget si Kevin! Bisa jadian sama orang yang disukain diam – diam selama 1 tahun! Oh Man…!” kataku kagum. Trus apa lagi?” tanyaku penasaran. “Ah, Apa yah? Ehm, ada anak baru. Tapi dia senior sih. Soalnya dia masuk kelas 12ipa5 sih. Itu aja sih.” Kata Dwy pasrah. “ehmm… - kakak itu keren gak? Ganteng gak?” ujarku bertubi – tubi. “Keren? Ah, menurut gue biasa aja. Orangnya tinggi trus putih. Itu aja. Agak gendut malah.” Kata Dwy sinis. “hmm… 12ipa5 yah. Gue penasaran sama orangnya.” Ujarku di dalam hati.
Saat jam istirahat, aku sibuk mengintipi kelas 12ipa5 karena penasaran dengan anak baru yang dikatakan Dwy tadi. Ciri – ciri yang Dwy berikan mengingatkan aku pada seseorang. Pangeran Labu!
“Door! Ngapain lo disini Ayam!” seru seseorang mengagetkan aku dari arah belakang. “HAah! AYAM! AYAM! Vatma! Ngagetin aja lo!” ujarku marah pada Vatma yang mengagetkanku tadi. Aku sadar, Vatma ternyata tidak berjalan sendirian. Dia bersama k’Kevin! Kakak idolanya sekaligus pacar barunya! “Hey! K’Kevin!” aku menegur k’Kevin yang hanya tersenyum simpul. Dalam hati aku berpikir “Sok cool banget sih ni k’Kevin! Dulu aja sok jual mahal gitu sama Vatma. Menyebalkan!” “k’Kevin balik ke kelas aja. Aku mo nemenin ANA.” Kata Vatma menyuruh k’Kevin pergi. K’Kevin mengangguk lalu pergi meninggalkan Vatma dan Ana di sana. “Lo ngeliatin apaan Na?” tanya Vatma penasaran. “Gue penasaran sama anak baru di kelas 12ipa5 Vat.” Jawabku singkat. “oh, kakak itu yah.” Gumam VATMA.
Sesampainya di rumah, aku masih saja penasaran dengan kakak yang murid baru itu karena aku tidak berhasil melihatnya di sekolah tadi. “huaah! Kenapa dia nggak masuk sekolah hari ini sih? Gue kan pengen banget liat dia. Mungkin aja kan? Kalo dia itu Edwin Pangeran Labu gue.” Aku mengomel sendiri di kamar. “ANA! Ada telepon buat kamu nih! Dari MARISHA!” panggil mama dari ruang tamu. “Iya bentar!” jawabku bergegas keluar menerima telepon itu. “Hah? Dari MARISHA? Ngapain yah dia nelepon? Gak biasanya deh.” Batinku. “Halo MARISHA? Nih gue ANA.” Seruku pada MARISHA di gagang telepon. “Hey AN! Gimana keadaan lo? Gak keracunan labu lagi kan?” Tanya MARISHA. “Hmm. Gue Udah baikan. Gak keracunan labu lagi. Ada perlu apaan nih? Tumben lo nelpon.” Kataku tanpa basa – basi pada MARISHA. “Wuizz, Lo sadis banget sih. Gue kan Cuma becanda.” Kata MARISHA merasa tidak enak. “Gue lagi males becanda SHA. Lo mo bilang apa sih sebenarnya?” tanyaku lagi. “Ya udah kalo gitu. Langsung ajah. Kemaren kan gue ultah. Karena kemaren kan hari Jumat, masih ada hari Sabtu alias hari sekolah besoknya, partynya gue cancel jadi hari ini. En gue mo ngundang lo nih.  Lo dateng yah! Temen – temen lain udah gue kasih tau en mereka bakalan dateng juga kok.” Jelas MARISHA panjang lebar. “Ah, gimana yah? Gue takut nyokap gue nggak ngijinin nih. Acaranya pasti malem kan?” ujarku beralasan. Aku sebenarnya malas datang ke tempat yang banyak orangnya seperti pesta. “Hmm. Acaranya jam stengah 8. Gue udah tau lo bakal bilang gitu. Makanya tadi gue udah nanya sama nyokap lo. Dan dia ngijinin tuh. Gue gak mo tau. Pokoknya lo harus dateng! TITIK!” tegas MARISHA lalu langsung memutuskan telepon. “Tuut… tuut.. tuut…” “sialan. Di tutup lagi. Yah, terpaksa deh gue harus pergi. Dia bakal marah nih kalo gue gak pergi. Mending kalo marah. Kalo dia ngambek gimana? Ahh.. males banget ke pesta dengan mood jelek kayak gini.”
Meskipun terpaksa, akhirnya aku berdandan dan pergi juga ke pesta ulang tahunnya MARISHA itu. Rambutku yang panjang bergelombang ku biarkan tergerai indah di pundakku. Dan aku mengenakan gaun panjang berwarna biru muda kesukaanku serta sepatu highheels 5cm berhiaskan pita manis berwarna biru senada dengan gaunku. Aku selalu merasa bagaikan Cinderella bila mengenakan gaun dan sepatu ini. Namun kenyataannya aku bukanlah Cinderella yang bisa melangkah dengan anggun mengenakan sepatu kaca. Sehingga aku harus berhati – hati dengan langkahku bila mengenakan sepatu highheels 5cm ini.
“Oy, k’ANA, yakin mau make sepatu itu? K’ANA tuh gak pantes make sepatu itu! K’ANA kan kalo jalan kayak ayam! Mending gak usah deh belagak bangsawan dengan make sepatu tinggi kayak gitu. Ntar malah malu – maluin lagi di pestanya k’MARISHA!” ledek ANGEL. Aku memang selalu diejek oleh adikku Angel karena sering tersandung kaki sendiri bila mengenakan sepatu ini. Tapi aku tidak menghiraukannya. Bagiku, dia Cuma sirik karena tidak punya kesempatan menggunakan sepatu seperti ini karena bentuk kakinya yang jelek itu. “Lo diam aja deh! Dasar bawel!” kataku sedikit membentaknya. “Yee… dibilangin malah ngeyel! Ntar kalo udah kejadian ajah, nangis darah deh lo! DASAR AYAM!” ledek ANGEL lagi lalu kabur meninggalkan kamarku. “APAH? DASAR tuh anak! Makin kurang ajar ajah sama gue! Untung gue lagi mo pergi. Kalo gak, udah gue tangkep terus gue bikin telur dadar tuh anak!” aku menyumpahi ANGEL yang bagiku selalu menyebalkan itu.
Jam setengah 8 tepat, aku tiba di pesta ulang tahun MARISHA. “Wah, pestanya rame banget. Tapi gak heran sih. Pergaulannya MARISHA kan emang luas banget.” Ujarku dalam hati. “Woy AN!” seru seseorang dari belakangku. “Oh, ternyata lo Wik! Lo sama siapa?” ternyata orang itu adalah WIWIEK teman sekelasku waktu kelas 1SMA. “Gue sama kakak gue. Tuh dia disana.” Jawab WIWIEK sembari menunjuk ke arah seorang cowok yang mengenakan kemeja putih di kejauhan. “Oh. Eh, pestanya mau dimulai tuh. kita gabung sama Ai dan Vatma aja yuk. Di dekat MARISHA.” Ajakku pada WIWIEK yang hanya mengangguk mengiyakan. Acara pun dimulai. Acara berlangsung sangat meriah. Setelah acara potong kue, ternyata ada games menarik yang dibuat. Games itu semacam blind couple search alias mencari pasangan dengan mata tertutup. Meskipun aku berusaha keras menghindar, tetap saja, aku kena juga. Aku dipaksa oleh Marisha dan teman – teman lainnya utuk mengikuti games itu.
Mc malam itu, AGHA pun memasangkan kain penutup mata berwarna hitam ke mataku. Aku tidak tau siapa yang akan jadi pasangan danceku malam ini. Tapi aku berharap dia lebih jago dance daripada aku. Soalnya aku sama sekali nggak bisa ngedance! Sekarang, aku dan 4 cewek lainnya yang mengikuti games ini menjadi pusat perhatian. Di depan kami, ada 10 orang cowok yang juga di tutup matanya yang juga harap – harap cemas. Apakah mereka akan kami pilih atau tidak. Suasana pesta yang tadi riuh kini menjadi tenang, membuatku bertambah gugup dalam kebutaan ini. Dan akhirnya games itu dimulai. “ANA, giliran lo sekarang. Lo dengerin instruksi gue yah. Di depan lo, ada seorang cowok yang mungkin bakalan jadi pasangan dance lo. Gue saranin sih, lo jalan lurus en milih dia. Tapi kalo lo punya feeling lain, silahkan lo maju 3 langkah en tarik cowok manapun yang menurut feeling lo oke. Oke AN?” Tanya AGHA. “Iyah. Oke.” Jawabku gugup. “Sekarang, lo maju 3 langkah.” Aku melangkah ke depan 3 kali mengikuti instruksi AGHA. “Bagus. Sekarang, ada 6 cowok yang tersisa. Salah satunya bakal jadi pasangan dance elo. Lo boleh nyentuh mereka tapi sekali elo narik baju mereka, berarti lo milih mereka. Selamat memilih NA!” seru AGHA yang disambut teriakan riuh hadirin yang mencoba mengarahkanku. “Ke kanan Na!” “Na! Yang sebelah kiri aja!” “Na! tarik yang itu NA!” “Depan lo NA!” teriakan mereka membuatku bingung. Aku sempat khawatir kalau – kalau mereka akan mengarahkan aku ke calon dance couple yang buruk rupa tapi, “Ahh sudahlah!” batinku. “GUE PILIH YANG INI!” seruku seraya menunjuk sesuatu di depanku. “Yeah.Lo udah milih NA! dan ini dia dance couple yang lo pilih!” AGHA melepaskan kain penutup mataku. Kini aku bisa melihat. Orang yang kupilih itu juga sudah dibuka penutup matanya oleh MARISHA. Aku terkejut melihatnya. “AHK! PANGERAN LABU!” seruku lantang. Suasana menghening seketika. “HAH? Elo ANA?” tanyanya heran. “Lo kenal k’Edwin NA?” Tanya AGHA. “hmm.” Aku mengangguk. Di tengah keheningan dan kebingungan itu, seseorang mulai menyoraki kami. “Ayo k’! Ajak ANA nya dance k’!” aku dan semua yang hadir menoleh ke arahnya. Ternyata itu AI. “Oh, okay! Karena semuanya udah punya pasangan masing – masing, DJ, music!” seru AGHA yang disambut antusias oleh semua yang hadir. Lagu Kiss Me dari M2M pun mengalun merdu dan mereka semua mulai berdansa. Aku masih terpaku melihat Edwin sang Pangeran Labu. Edwin lalu maju menghampiriku, mengulurkan tangannya yang putih dan lembut itu untuk mengajakku berdansa. Dengan ragu – ragu sekaligus jantung yang berdegup kencang aku meletakkan tanganku di atas tangannya dan kami pun mulai berdansa.
Ternyata Pangeran Labu juga tidak terlalu mahir berdansa. Beberapa kali kami menginjak kaki satu sama lain. “Aduh…” aku mengaduh saat dia menginjak ujung kakiku. “ups, sorry!” serunya pelan dan segera memindahkan kakinya. Aku menengok ke arah sepatuku tersayang yang baru saja terinjak. “Ah! Pitanya sobek!” jeritku. “Hah? Sobek yah? Sorry.” Gumamnya. Pangeran Labu lalu menarik tanganku. Dia membawaku berlari meninggalkan tempat pesta berlangsung. “Lo mo bawa gue kemana? Pelan – pelan! Kaki gue sakit tau!” teriakku. “Gue mo ganti sepatu lo!” Dia terus menyeretku berlari. Dalam hati aku sangat gembira karena bisa berlari bersamanya seperti ini. Selain itu, dia juga menggenggam tanganku! Namun, “Aduuhh…!! Ahk…” jeritku kesakitan. Aku terjatuh kehilangan keseimbangan karena salah satu highheels sepatuku patah. Dia berhenti berlari dan memeriksa kakiku. “Aduh, untuk yang kesekian kali, Sorry! Kaki lo kekilir yah. Lo tunggu di sini. Gue bakal segera balik!” katanya dan bergegas berlari menghilang di kegelapan malam. “Hey! Edwin! Tunggu!” teriakku. “Heran, kenapa gue malah ditinggal begitu aja setelah dibawa lari secara tiba – tiba kayak tadi? Lagian, dia tega banget ninggalin gue sendirian di jalan sepi malam – malam gini sih?” batinku.
Lima menit berlalu dan EDWIN tidak kunjung kembali. Aku mulai ketakutan karena aku bahkan tidak bisa berdiri dan berjalan karena kakiku terkilir.  Aku melihat seberkas bayangan putih yang melintas cepat di depanku. “Apaan tuh? EDWIN?” seruku. Tidak ada jawaban. Air mataku hangat membasahi kedua pipiku. “Hiks… hiks… Jangan – jangan hantu. gue takut! PANGERAN LABU! Cepet balik! Tolongin gue! Huhuhuu…” aku merengek sendiri di kegelapan malam. “Tap – tap – tap…” suara langkah kaki mendekat dari arah kiriku. Aku semakin ketakutan. Dalam kegelapan itu, aku tidak bisa melihat siapa yang datang. Jantungku berdebar cepat karena ketakutan. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Takut akan melihat sosok kuntillanak atau pocong yang melintas. Sosok di kegelapan itu, tiba – tiba menyalakan cahaya ke arahku. “AAARGGHHHH!!!” aku berteriak histeris karena kaget dan takut. “Hey Na! NA! Ni gue Edwin! Lo kenapa?” Tanya EDWIN khawatir. “Gue takut Win! Lo dari mana aja?!” teriakku histeris. “Gue kan bilang tadi, kalo gue mo ngeganti sepatu lo yang rusak itu.” “Trus?” tanyaku sambil mengusap air mata dari pipiku. “Ini dia. Gue tadi pergi ke toko di jalan sana, buat beliin lo sandal. Sandal labu!” serunya senang. Aku mengamati sandal tersebut dengan penerangan dari handphone Edwin. Sandal itu unik dan berwarna oranye. Bila disatukan, sepasang sandal itu akan berbentuk buah labu yang utuh. Sandal itu adalah sandal yang khusus dipakai di dalam rumah. Sandal Halloween Pumpkin. Pinggiran sandal itu dihiasi dengan bulu – bulu lembut halus berwarna oranye pucat. Meskipun tidak menyukai labu, tapi, aku sangat suka sandal ini. Selain bentuknya yang unik, sandal ini adalah pemberian Pangeran Labu! Senangnya! Hahah.
“Gimana? Bagus kan sandalnya? Ayo cepetan di pakai.” Seru Edwin. Aku lalu melepaskan highheelsku dan memakai sandal labu baruku yang unik itu. “Wow, cocok banget. Ya udah. Lo bisa berdiri nggak?” tanyanya. “nggak” aku menggeleng pelan. “Ya udah. Lo naik ke punggung gue. Gue anterin lo pulang.” Dia berbalik menyodorkan punggungnya yang lebar dan bidang itu. Dengan lincah aku meloncat ke punggungnya. Dia menggendongku lalu berjalan menyusuri kegelapan malam yang tadi terasa begitu menakutkan bagiku. Kini semuanya menjadi terasa indah karena aku tidak sendirian. Sepanjang perjalanan, dia menceritakan mengapa dia tidak datang menjengukku. Yaitu karena dia baru saja pindah ke daerah sini dan sibuk membantu nyokapnya merapikan rumah. Dan dia juga menceritakan fakta mengejutkan bahwa ternyata dia memang murid baru di 12IPA5. Yang berarti dia adalah benar kakak kelasku. Banyak hal yang ingin kutanyakan padanya namun aku terlanjur terlelap di punggungnya karena kantuk.
“k’! k’! k’ANA bangun k’! woey! Tidur kok kayak ayam mati sih?” teriak ANGEL sambil menggoncang – goncangkan tubuhku. “aaahh.., apaan sih Gel? Gue ngantuk nih.” Aku membalikkan badanku dan tetap menempel di tempat tidur. “Ampun! Bangun woey! Gak ke sekolah lo kak?” ANGEL masih terus berusaha. “HAH? OH IYA! SEKOLAH! Udah jam berapa? Hah? Jam 7! Telat deh gue!” aku bergegas meloncat dari tempat tidur, mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Dari dalam kamar mandi, aku mendengar cekikikan ANGEL. “HIHIHIHI… DASAR AYAM! Hari Minggu kok ke sekolah sih YAM? Mo ngapain di sekolah? Jagain sekolah? Hahahahaha…” “Brengsek! Gue kena tipu! Awas ya lo setan kecil!” aku mengumpat di dalam kamar mandi. Saat mandi, aku melamun teringat kejadian semalam. “Semalam itu nyata atau mimpi yah?” aku bertanya dalam hati.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku bergegas mencari jejak – jejak nyata kejadian semalam. Tapi semua itu seperti mimpi saja. Gaun biru kesukaanku masih ada pada tempatnya. Tergantung manis di dalam lemari. Sepatu highheels 5cm yang pitanya sobek dan haknya patah itu, masih tampak utuh dalam kotaknya. Aku semakin kecewa karena tampaknya kejadian semalam itu tidak pernah terjadi. Aku merosot di taman belakang dan menyaksikan tingkah lucu Jhandy, burung beo kesayangan ayah yang pandai bicara. Aku kesal tetapi juga lucu dengan apa yang diucapkan oleh burung itu bila melihatku. “AYAM! Hey AYAM! DASAR AYAM!” dia benar – benar mirip ANGEL. Aku jadi bertanya – tanya. Kapan ANGEL melatihnya bicara seperti itu? Ayah bahkan butuh berbulan – bulan agar Jhandy terbiasa mengucapkan namanya sendiri. Aneh.
“Ey k’, Ngapain bengong begitu? Entar kesambet setan loh.” Kata Angel yang tiba – tiba saja muncul entah darimana. “Berisik! Lo jangan gangguin gue deh. Gue lagi males cek cok sama lo. Pergi sana!” perintahku padanya. “Yee… siapa juga yang mo gangguin situ. Angel mo nyusul mama ke rumah tetangga baru nih.” Kata Angel. “Terus?” tanyaku ketus. “Angel pinjem sandal kakak yah.” Kata ANGEL santai. “Sandal? Sandal apah?” kataku teringat sesuatu. “Itu. Sandal Halloween Pumpkin yang semalam kakak pake setelah pulang pesta.” Jawab ANGEL seadanya. Aku terkejut mendengar ucapannya. “HAH? SANDAL HALLOWEEN PUMPKIN? JADI, SEMALEM ITU BUKAN MIMPI DONG!” teriakku histeris. “Waahahahaha…! Semalem itu Bukan mimpi! Bukan mimpi!” aku tertawa gembira dan menarik ANGEL untuk menari denganku. “Woe! K’! kakak udah gila yah? Bukan mimpi? Apaan sih yang Bukan mimpi?” tanya Angel keheranan. “Ahahah. Ada deh! Mana sandalnya? Gue pengen mastiin lagi kalo semuanya Bukan mimpi!” seruku pada ANGEL. “A.. ada di depan. Di teras depan.” Aku langsung berlari menuju teras depan meninggalkan ANGEL yang keheranan dengan tingkah lakuku. “Kenapa sih sama AYAM itu? Kesambet beneran kali yah?” ANGEL berujar pada JHANdy yang hanya menjawab dengan “AYAM! AYAM!”.
Di teras depan, aku menemukan sandal itu. Benar. Ternyata semua itu Bukan mimpi. Aku memungut sandal oranye itu dan memeluknya erat. “Hahahaha… semua kejadian aneh semalam itu Bukan mimpi. Hihihi. Gue beneran ketemu en dance ma dia! Gue juga, beneran digendong sama dia! Wahahah! Senangnya…!!” ujarku gembira. “Eh k’, pinjem sandalnya dong.” Kata ANGEL yang lagi – lagi tiba - tiba muncul entah darimana. “Hah? Enak aja. Gak boleh! Sandal yang lain sih gak papah. Tapi kalo yang satu ini, GAK BISA!” jawab ANA tegas. “Hadeeh, Pelit lo k’!” kata ANGEL kesal. “Sorry Gel. Tapi yang ini benar – benar gak bisa gue pinjemin.” Kataku pada ANGEL. “Ya udah. ANGEL pake sandal yang lama aja deh. Tapi sebagai gantinya, kakak harus nganterin ANGEL ke rumah tetangga baru itu!” kata ANGEL memaksa. “Haah.. iya deh. Gue temenin.” Jawabku pasrah. Setelah mengambil sandalnya, ANGEL dan aku pun pergi ke rumah tetangga baru yang berjarak 3 rumah dari kami itu.
Sejujurnya aku sama sekali tidak peduli dengan tetangga baru itu. Tapi aku merasa sebaiknya aku pergi mengawasinya. Daripada dia nanti berulah dan mencemari nama baikku di depan tetangga baru itu. Sesampainya di rumah itu, aku menyuruh ANGEL mengetuk pintu dan masuk sendirian. Sedangkan aku duduk di teras rumah itu sambil mengamati sandal HALLOWEEN PUMPKIN yang diberikan Edwin padaku. Dalam hati aku bertanya – tanya Kapan aku akan bisa bertemu lagi dengannya? Tiba – tiba seseorang mendekat dan menyapaku. “Hai! Kenapa gak masuk?” tanya suara yang sudah kukenal itu. “ITU PANGERAN LABU!” seruku dalam hati. Aku menoleh ke arahnya. Ternyata benar. “EDWIN!”
Setelah pertemuan kami yang ketiga itu, banyak hal yang terungkap. Edwin ternyata adalah kakak kelasku dan juga tetangga baruku. Aku percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku memang ditakdirkan untuk bertemu dengan EDWIN. Ditakdirkan untuk bertemu dengan Pangeran Labu yang sangat kusukai lewat buah Labu yang sangat kubenci! Kami memang ditakdirkan untuk bersama! Pangeran Labu dan aku.
-END-
Original by Monica Lil’Blackjack
Thanks buat semua yang udah dipinjam namanya! Kalian inspirasiku! Sorry kalo ceritanya jelek atau aneh.
Maklum. Hasil karya penulis amatir sih. :P

5 komentar:

  1. Nah gini khan enak ai... b jadi biza komentt.. tolong donk yg b sms thu di ralat.. bisa g???

    hemphh ceritanyaa kerennn abizzz.. lucu lagii..
    gantian b yg jadi peran utama donk ai.. hehee :D

    tingkatkan teruss... saaaiiaa pembaca setiaa.. klo lagi ol, hehee

    BalasHapus
  2. heheheh... oK. oK. uda diralat koq... b kebanyakan ganti nama tokoh sih. jadinya ad yg klewat n lupa diganti dh.. :D

    thinkkyuu!
    yya.. ditunggu yyaa.. :D

    thinkkyuu lagii... b tunggu comment'a yaa..
    biar b bisa truz maju dlm brkarya.. :D

    BalasHapus
  3. ,,mskipun gue blm baca,, tapi gue numpang buang koment aja ye,,,,
    , ntar klo ada wktu luang, ru w baca postingan loe...
    ^_^

    BalasHapus
  4. ok.ok. Anonym yg dah b tau siapa...
    stelah dibaca comment n ksii reaksi donk... :D

    BalasHapus
  5. @author : knpa ga dijadiin FF ja..:D? wa mw koq jd main cast.a...XD LOL~ #pede

    BalasHapus

No SPAM! No SARA!