Rabu, 17 Agustus 2011

IMPOSSIBLE LOVE


Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Yuu dengan menyukai gadis bernama Asuka itu. Asuka memang cantik. Tapi aku tidak menyukainya. Dia sangat sombong dengan kecantikan dan kekayaannya. Itu terlihat jelas sekali saat dia jalan dengan pacar jahatnya, Ryo yang selalu mengerjai Yuu. Aku juga sangat membenci Asuka karena dia selalu melihat Yuu dengan tatapan merendahkan! Aku sangat membenci gadis itu! Dia menyakiti Yuu yang sangat kusukai!
“Hei Airi. Kamu sedang apa?” tanya Yuu padaku. Aku berjalan mendekat ke kaki Yuu. Yuu lalu menunduk dan mengangkat tubuhku. Aku menatap Yuu sebentar kemudian melihat ke arah Asuka yang sedang tertawa gembira dengan teman – teman dan pacarnya yang jahat itu. Yuu mengikuti arah aku memandang. “Oh, Asuka. Kamu juga suka melihatnya ya Airi?” tanya Yuu sembari mengelus lembut kepalaku. Disana, Asuka dan Ryo yang jahat menyadari pandangan kami. Mereka lalu datang mendekati kami. “Hei Yuu! Kenapa kucing sialmu itu selalu mengawasi Asuka?” tanya Ryo dengan kasar. “A. aku tidak tau..” jawab Yuu ketakutan. “Kamu bohong! Kucing hitammu itu selalu mengawasiku! Apa kamu yang menyuruhnya?” tanya Asuka menuduh Yuu. Yuu menggeleng tidak berdaya. “Tidak. Aku tidak menyuruhnya. Airi mungkin suka melihatmu.” Yuu berusaha membelaku. Ryo lalu mendorong Yuu dengan kasar hingga terjatuh. “Aku tau! Kau pasti mau mengguna – gunai Asuka dengan kucingmu itu kan?” tuduh Ryo. “Tidak. Aku tidak melakukan apa – apa.” Kata Yuu membela diri. Ryo bertambah emosi. Dia hendak mencengkeram Yuu namun aku segera menghalangi dan mencakar tangannya. Dia meringis kesakitan dan berusaha menendangku namun aku menghindar dan menggeram padanya. Asuka yang tampak ngeri melihatku menarik Ryo pergi dari situ. Ryo tampak ragu namun luka bekas cakaranku yang kini berdarah membuatnya pergi juga. Mereka menyumpahi kami dengan kata – kata kasar saat pergi.
Setelah mereka pergi, aku mendekati Yuu dan mengeong di dekatnya. Apakah kamu baik – baik saja Yuu? Aku menggosokkan kepalaku ke lengan Yuu yang masih terbaring di tanah. Kondisi tubuh Yuu memang tidak sekuat anak laki – laki seusianya. Mungkin itulah mengapa dia tidak punya teman di sekolah. “Aku tidak apa – apa Airi.” Kata Yuu kemudian. Yuu masih belum beranjak berdiri. Yuu terbaring di lapangan sekolah itu sambil memejamkan matanya sangat lama. Yuu, kita harus pulang. Aku naik ke dadanya dan mendorong dagu Yuu dengan kepalaku agar Yuu segera sadar. “Ya Airi. Aku tau. Ayo kita pulang.” Yuu membuka matanya. Aku melompat turun dari tubuhnya dan dia pun bangkit berdiri. Kami lalu berjalan pulang dalam keheningan ke rumah.
Di rumah Yuu, seperti biasa, Ibu selalu sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Yuu menyapa ibunya sebentar di dapur lalu naik ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, Yuu berbaring lagi di lantai kamarnya. “Airi, apa kamu tau, kalau aku menyukai Asuka?” dia menatapku sekilas lalu tersenyum. “Miauw..” ya. Aku tau kau menyukainya Yuu. Aku tau sejak dulu. “Ah, tentu saja kamu tau. Aku selalu mengatakannya padamu.” “Miauw..” aku bisa mengerti perasaanmu Yuu. “Seandainya aku bisa, aku tidak ingin menyukainya. Dia tidak menyukaiku dan juga sangat membenciku.” Kata Yuu lagi. Aku mendekat dan meletakkan kepalaku di tubuhnya. “Kau tau Airi? Hanya kamu yang bisa mengerti aku.” Kata Yuu lalu membalik badannya dan memelukku sayang. Aku suka saat dipeluk Yuu. Seakan dia membagi separuh penderitaan dan kesepian yang dirasakannya padaku. Yuu, andai kamu tau, aku sangat menyukaimu Yuu. Namun aku sadar, aku tidak seharusnya menyukaimu. Kamu seorang manusia. Dan aku terlahir sebagai seekor kucing.
Hari ini aku diajak Yuu berjalan – jalan di taman. Aku sangat menikmati saat ini karena Yuu selalu terlihat gembira. Tidak seperti kemarin, hari ini Yuu begitu bersemangat. Dia mengajakku bermain lempar tangkap bola. Permainan yang seharusnya dilakukan oleh anjing dan majikannya ini, ku lakukan juga hanya agar Yuu bahagia. Walaupun aku akhirnya di cap “aneh” oleh kucing lainnya. Setelah lelah bermain, aku dan Yuu duduk di dekat keran air di taman. Aku bisa melihat seorang nenek sedang membawa 3 kantung berat dan besar di tangannya, dia terlihat kesulitan. Aku lalu berlari menghampirinya. Aku ingin membantunya, tapi aku tidak bisa. Nenek itu tersenyum padaku dan menghentikan langkahnya, meletakkan kantung - kantung besar itu dan mengelus kepalaku. Aku mengeong padanya. Maaf aku tidak bisa membantumu Nek. Yuu datang mendekati kami. Aku menatapnya lalu menatap nenek itu lagi. “Miauww…” Yuu, bisakah kamu menolong nenek itu? Yuu mengangguk. “nek, sepertinya kucingku ini ingin aku membantumu membawa kantung – kantung itu.” Yuu tersenyum pada nenek itu. “Apa tidak apa – apa cu’?” tanya nenek itu. Yuu mengangguk dan mengambil 2 kantung berat dan besar milik nenek itu. “Nenek mau kemana?” tanya Yuu. “Nenek mau ke rumah cucu nenek.” Jawab Nenek. “Oh. Lalu mengapa nenek membawa kantung – kantung besar ini sendirian? Apa isinya nek?” tanya Yuu lagi. “Oh, isinya barang – barang tua milik nenek. Nenek akan pindah ke rumah cucu nenek.” Setelah berjalan cukup lama, nenek menyuruh Yuu meletakkan kantung – kantung berat dan besar itu di depan sebuah rumah sederhana, Yuu lalu meletakkannya. “Terima kasih sudah menolong nenek.” Ucap nenek itu tulus. Yuu tersenyum dan berkata “Tidak nek. Airilah yang ingin menolong nenek. Kalau bukan karena dia, aku mungkin tidak akan menolongmu nek.” Nenek tersenyum. “Kucing baik. Nenek akan memberimu sesuatu.” Nenek membuka salah satu kantung, merogoh sesuatu dari dalamnya lalu mengikatnya kembali. “Ini sebagai tanda terima kasih dariku. Semoga kamu menyukainya.” Nenek itu tersenyum dan memakaikan kalung kucing berwarna kuning keemasan dengan hiasan lonceng bening bagaikan kristal yang sangat cantik yang diambilnya tadi ke leher kurusku. Aku menatap nenek dengan gembira dan memamerkannya pada Yuu. “Sepertinya dia menyukainya.” Kata nenek. Yuu mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada nenek. “Terima kasih nek. Airi kelihatannya gembira sekali. Karena nenek sudah sampai, aku dan Airi pamit pulang yah nek.” Kata Yuu. Nenek mengiyakan dan kami pun berjalan pulang ke rumah dengan hati riang. “Hati – hati ya nak.” Kata nenek. Aku menoleh ke belakang untuk melihat nenek itu sekali lagi, namun nenek itu sudah menghilang. Sepertinya dia sudah masuk ke rumahnya yah.
Esok harinya di sekolah, Ryo yang jahat itu sepertinya sengaja mencari masalah dengan Yuu. Saat jam olahraga, dia diam – diam masuk ke kelas dan mengambil buku PR Yuu, menyelipkannya di balik bajunya lalu membuangnya di tempat sampah di luar sekolah. Syukurlah dia tidak sadar saat aku membuntutinya dan mengambil kembali buku Yuu itu. Dengan susah payah, aku menyeret buku itu kembali ke Yuu yang sedang mengikuti pelajaran olahraga. “Airi! Kenapa buku ini ada padamu?” tanya Yuu kaget. “Miauw..” Ryo yang membuangnya Yuu. Aku mengarahkan pandanganku pada Ryo yang sedang tertawa keras dengan Asuka dan anak – anak lainnya. Aku yakin dia sedang menceritakan perbuatan menjijikkannya ini pada mereka. “Oh. Ryo mengambilnya ya? Terima kasih Airi. Kamu sangat baik padaku.” Kata Yuu sedih. Aku menatapnya lembut. “Andai saja kamu manusia, Airi. Aku pasti tidak akan merasa sendirian lagi.” Kata Yuu lagi. Andai kamu tau Yuu. Aku juga mengharapkan hal yang sama.
Hari ini Yuu sedang sibuk mengerjakan sesuatu di rumah dan tidak bisa menemaniku main. Karena itu hari ini aku pergi berjalan – jalan sendiri. Aku akan pergi ke kuil saja. Aku suka pergi ke kuil sendirian untuk melihat orang – orang yang berdoa. Aku sering melihat orang – orang berdoa dengan sungguh – sungguh di sana dan banyak dari mereka yang kembali untuk berdoa lagi karena doa mereka terkabul. Hari ini aku akan mencobanya. Aku ingin tau, apakah Tuhan akan mengabulkan doa seekor kucing ya? Aku melompat masuk ke kuil itu. Aku duduk dengan menekuk hanya ke dua kaki belakangku dan aku memejamkan mataku. Aku mulai berdoa. ‘Tuhan, aku sangat menyukai Yuu. Aku ingin dia mengetahuinya. Aku juga sangat ingin bersama dengannya. Namun aku tau aku hanya seekor kucing. Bisakah aku bersama dengannya sebagai seorang manusia meski hanya untuk sehari? Amin.’ Setelah selesai berdoa, aku membuka mataku lagi dan aku melihat kilauan cahaya dari kalungku. Cahaya apa itu tadi? Mungkin aku cuma salah lihat. Aku lalu pulang ke rumah Yuu.
“Huahmm.. kenapa hari ini aku merasa sangat mengantuk ya? Kenapa Yuu tidak membangunkanku?” ujarku sambil meregangkan tubuhku. aku terkejut melihat kaki depanku. “HAH? KENAPA? APA YANG TERJADI? INI! INI SEPERTI TANGAN YUU! INI TANGAN MANUSIA!” teriakku histeris. Aku melihat sekujur tubuhku, menyentuh wajahku dan memegang rambutku. “Ini, Bukan mimpi kan?” aku bertanya pada diriku sendiri. Aku lalu mencubit pipi manusiaku yang lembut. “Awh… sakit. Bukan mimpi dong. Hahahah..” ini aneh. Tapi, sepertinya Tuhan mengabulkan doaku kemarin. “Cklek.” Tiba – tiba pintu kamar itu terbuka. Seorang wanita yang tidak kukenal masuk dan menyuruhku bergegas ke sekolah. “Kamu udah bangun? Ayo cepat ke sekolah!” perintah wanita itu. “Ah.. baiklah. tapi kamu siapa?” tanyaku pada wanita itu. Wanita itu memandangku keheranan dan berkata “Kamu ini ngomong apa sih Asuka? Aku ini kan ibumu. Sudah! Ayo cepat bangun dan pergi ke sekolah!” wanita itu lalu menghilang dibalik pintu. “APA? ASUKA? AKU? BERUBAH MENJADI ASUKA?” jeritku dalam hati. “YUU! AKU HARUS BERTEMU YUU!” aku bergegas mandi dan berganti pakaian. Aku sedikit kebingungan melakukan rutinitas manusia ini. tapi aku bisa melakukan semuanya dengan baik. Setelah siap, aku berlari ke sekolah Yuu. Yuu, apakah dia tau kalau aku berubah menjadi Asuka?
Sesampainya di sekolah, aku melihat Yuu sedang dimarahi oleh Ryo dan teman – temannya. Aku menghampiri mereka untuk membela Yuu. “Hey! Apa yang kalian lakukan pada Yuu?” bentakku pada Ryo dan teman – temannya. Mereka menatapku heran, begitu juga dengan Yuu. “Kenapa kau membelanya Asuka? Kau tidak tau yah? Hari ini dia menyuruh kucing sialnya itu untuk membuntuti kami terus!” kata Ryo emosi. “Itu tidak benar. Aku tidak menyuruh Airi membuntuti kalian. Dan aku juga tidak tau kenapa dia membuntuti kalian terus.” Jelas Yuu. perlahan aku bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Sepertinya Asuka bertukar tubuh denganku dan dia membuntuti Ryo untuk mengatakan apa yang terjadi. Tapi sepertinya Ryo malah menjadi kesal dan memarahi Yuu yang tidak salah apa – apa. “Kalian dengarkan? Yuu tidak tau kenapa kucingnya mengikuti kalian. Jadi kenapa kalian marah padanya? Dan sekarang mana kucing itu?” tanyaku pada mereka. “Kucing itu sudah kami kurung di tempat sampah!” kata Ryo. “Apa? Kenapa kalian mengurungnya disana?” teriak Yuu. “Ya! Kenapa kalian bisa sejahat itu?” timpalku. Ryo kelihatan semakin bingung dengan situasi ini. “Kamu aneh Asuka!” setelah berkata begitu, Ryo dan teman – temannya pergi meninggalkan aku dan Yuu berdua. “Terima kasih kamu sudah membantuku. Tapi aku harus menemukan Airi.” Yuu berjalan pergi. “Yuu memang selalu baik ya.” Aku tersenyum memandang Yuu yang mengkhawatirkanku. “Tunggu! Aku akan membantumu mencarinya Yuu!” aku berlari menyusul Yuu.
Aku dan Yuu mencari Asuka yang berwujud diriku di seluruh sekolah. aku kagum namun juga sedih karena gara – gara aku, hari ini Yuu membolos dari sekolah. Yuu mencari di semua tempat sampah yang bisa ditemukannya karena Ryo dan teman – temannya tadi berkata kalau mereka mengurung Asuka yang berwujud diriku di tempat sampah. Aku terharu melihat Yuu yang ternyata lebih peduli pada seekor kucing dibandingkan aku yang berwujud Asuka, gadis yang disukainya yang seharian ini terus menemaninya. Yuu sama sekali tidak mempedulikan aku. Dia sibuk sendiri mencari kucingnya itu. Dan itu sedikit banyak membuatku senang.
Hari sudah sore dan matahari hampir tenggelam di ufuk timur, namun Yuu belum menyerah untuk menemukan Asuka yang berwujud aku. Akhirnya kami menemukan Asuka si kucing sedang duduk sendirian di taman . “Airi!” teriak Yuu. aku refleks berbalik tapi aku segera sadar, kalau yang dimaksud Yuu adalah kucing kesayangannya yang ada disana itu. Yuu berlari menghampiri kucing itu dan memeluknya erat. “Maaf aku tidak menjagamu dengan baik Airi. Aku janji, aku akan jadi lebih kuat dan aku akan selalu melindungimu!” kata Yuu tulus. Aku berjalan menyusul Yuu dari belakang. Yuu, aku sekarang tau, betapa kamu amat menyayangi dan mengkhawatirkanku. Kalau begini, tidak apa meskipun aku seekor kucing. Asalkan aku bisa menemani dan membahagiakan Yuu selamanya. Aku ingin kembali menjadi diriku. Aku ingin menjadi kucing yang paling Yuu sayangi!
Tiba – tiba kalung kucing di leher Asuka yang berwujud diriku bercahaya menyilaukan. Aku merasa tubuhku menjadi lebih ringan. Aku kembali ke tubuhku! Aku bisa melihat Yuu dan Asuka yang terkejut karena peristiwa kilat tadi. “Apa yang terjadi?” tanya Yuu. “hah? Kenapa aku disini? Dimana Ryo?” Asuka yang telah kembali ke tubuhnya kebingungan mengapa dia ada disini bersama Yuu dan aku. Sepertinya hanya aku yang ingat apa saja yang sudah terjadi hari ini. “Miauw..” Yuu, ayo kita pulang. “Sudah sore. Ayo kita pulang Airi.” Ajak Yuu. “Hari ini aneh sekali Airi. Aku tidak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi hari ini.” kata Yuu padaku dalam perjalanan pulang. “Miaw…” Hahah. Tapi aku ingat semuanya loh. Aku tersenyum memandang Yuu.
Sejak hari itu, Yuu menepati janjinya padaku untuk menjadi lebih kuat dan selalu melindungiku. Meskipun ingatannya pada hari itu hilang, tapi sepertinya Yuu memang tidak pernah tidak menepati janjinya sendiri ya. Yuu juga sudah melupakan Asuka. Aku harap Yuu bisa menemukan gadis baik yang tulus menyukainya. Tapi, sampai saat itu tiba, aku ingin menjadi satu – satunya yang disayangi Yuu! J Kalung kucing itu? Aku pergi untuk mengembalikannya pada nenek itu. Tapi, rumah yang kami datangi waktu itu tidak ada. Yang ada hanya sebuah kuil disana. Sepertinya nenek itu malaikat yang dikirim Tuhan. Ya kan? ;D
-END-
Originally by Monica Lil’Blackjack

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No SPAM! No SARA!